Pakena Gawe Rahayu Pakeun Heubeul Jaya dina Buana. Kalimat ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi warga Bandung dan Jawa Barat pada umumnya. Mungkin Anda pernah membacanya di spanduk-spanduk atau di tugu batas daerah. Kalimat ini terdapat pada prasasti di Astana Gede, Kawali, Ciamis. Diperkirakan berasal dari abad ke 14 Masehi pada waktu pemerintahan Prabu Niskala Wastu Kencana, Putra dari Prabu Siliwangi, Sri Baduga Maharaja yang gugur di Bubat.
Lengkapnya kalimat pada prasasti tersebut adalah:
Teks di bagian muka:
nihan tapa kawali nu sang hyang mulia tapa bhagya parĕbu raja wastu mangadĕg di kuta kawali nu mahayuna kadatuan sura wisesa nu marigi sakuliling dayĕh. nu najur sakala desa aja manu panderi pakĕna gawe ring hayu pakĕn hebel ja ya dina buana
Teks di bagian tepi tebal:
hayua diponah-ponah
hayua dicawuh-cawuh
inya neker inya angger
inya ninycak inya rempa
Artnya sebagai berikut:
Teks di bagian muka:
Inilah jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa beliau Yang Mulia Prabu Raja Wastu (yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telah memperindah kedaton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan di sekeliling wilayah kerajaan, yang memakmurkan seluruh pemukiman. Kepada yang akan datang, hendaknya menerapkan keselamatan sebagai landasan kemenangan hidup di dunia.
Teks di bagian tepi tebal:
Jangan dimusnahkan!
Jangan semena-mena!
Ia dihormati, ia tetap.
Ia menginjak, ia roboh.
Minggu lalu saya berkunjung kembali ke Astana Gede, dimana terakhir saya kesana adalah sekitar 20 tahun yang lalu. Kawasan seluas 5 hektar itu sekarang lebih terawat dengan baik. Peninggalan-peninggalan bersejarah dan prasasti disana kini dipagari dan diberi keterangan dan terjemahan untuk tulisan di prasasti yang terdapat disana. Oleh kuncen disana saya diberi tahu bahwa pada bulan Maret ini akan diselenggarakan acara Nyiar Lumar di situs Kabuyutan Astana Gede.
Leave a Reply