The Sundanese Tragedy

Kemarin Dimas ulang tahun. Awal pagi hari diributkan oleh teriakannya saat bangun pagi, “Horeee…hari ini Dimas 9 tahun!!” Lalu dia menciumi pipi saya dengan heboh untuk kemudian berjingkrakan di ruang depan. Sebetulnya dia baru 8 tahun. Tapi kemarin setelah perdebatan sengit yang diakhiri dengan Dimas cemberut dan marah-marah, saya malas mengoreksinya lagi. Entah darimana cara dia menghitung, pokoknya dia keukeuh umurnya 9 tahun. Nya atos we lah, orang lain lebih suka ngaku umur lebih muda (dalam hal ini orang itu adalah saya) ini keukeuh pingin setahun lebih tua. Yah suka-suka yang punya umur deh. Daripada dia berbuat anarkis dengan nyebur di kolam ikan, mengacak-ngacak airnya, dan membuat ikan koi saya semaput kan….. lebih baik saya mengalah.

Dimas dengan rajinnya sudah membungkus makanan ringan dalam plastik berbunga-bunga (gak ada yang gambar mobil, pesawat, atau spiderman) untuk Tante-tante cerewet teman saya di kantor. Niat pisan. Dia bilang sih dengan polosnya “siapa tau ada yang mau kasih kado” Huhehehuhuehehe… teknik negosiasi yang baik. Dengan modal snack dia ngarep dapet kado alat-alat gambar. Bukan saya yang ngajarin yah. Itu mah inisiatif dia sendiri. Asli.

Saya sih sudah menawarkan untuk merayakan ulang tahunnya -karena memang belum pernah dirayakan rame-rame- dari dulu saya memang terlalu malas untuk berhahihi dengan ibu-ibu komplek perumahan, atau dikelilingi anak-anak kecil yang heboh dan berdaya hancur tinggi itu. Apalagi kalau ada yang namanya badut. Maaaakkkk…mendingan saya nyumput di kamar. Heran, kok ada yang anggap badut itu lucu ya? Badut itu seram, freak, dan mengerikan tauk! Lihat aja badut di film Master of the Game. Tapi untungnya Dimas juga tidak suka rame-rame, tepuk-tepuk tangan, atau silly game lainnya. “Memalukan” ujarnya. Saya ingat waktu dia playgroup dia tidak pernah mau berkeliling-keliling ruangan main kereta-kereta apian, tepuk-tepuk tangan, atau mengibas-ngibaskan tangan menirukan kupu-kupu seperti yang disuruh gurunya. Alasannya singkat “Seperti orang bodoh”, kata Dimas pada saya waktu saya tanya kenapa. Saya cuma bisa garuk-garuk kepala.

Anak kecil 8 tahun yang keukeuh pingin 9 tahun ini memang kecil-kecil sudah jadi terlalu laki-laki. Contohnya kalau pergi mall dengan saya, dia dengan muka bosan dan jengkel dia akan bilang pada saya, “Bisa tidak kalau kita jalan-jalan, gak usah belok ke setiap toko-toko baju? Kayaknya setiap ke toko harus masuk ya? Padahal beli engga”. Saya cuma bisa nyengir kuda. Selain itu ternyata saya juga harus mengalah dalam banyak hal. Misalnya macbook saya sekarang diakuisisi, sehingga saya tidak boleh membawa-bawanya lagi. Karena dia sedang menyelesaikan game Transformer onlinenya (injek-injek Abiwara yang ngasih tau). Begitupun PC di rumah dia beri password yang bahkan saya sendiri jadi tidak bisa pakai, karena password yang dipakai keywordnya aneh dan saya memang tidak pernah bisa menghapal password dengan baik dan benar. Buktinya di kantor saja berapa puluh kali saya terblok masuk di username saya sendiri.

Jadi ulang tahun hari Dimas ini hanya dirayakan dengan berkumpulnya kakek nenek, adik saya, dan keponakan, untuk sekedar makan nasi kuning, potong kue dari Lily Patisserie yang walaupun penyok tetap enak dimakan, dan makan sup seafood buatan saya. Sup seafood ini memang tidak nyambung dengan tumpengan. Tapi apa boleh buat. Bandung hujan dan dingin sih. Jadi enak sekali buat makan sup panas. Itupun Dimas dengan menyebalkan terus-terus bertanya pada Kakek Neneknya “kapan pulang sih?” “cepetan pulang dong” Ngusir ceritanya. Karena saya tahu dia ingin menyepi dan bermain dengan PSP baru hadiah dari ayahnya. Dasaaaaar….

Ya sudah, selamat ulang tahun ya Dimas sayang…