Beberapa waktu lalu saat gigi bungsu saya melakukan aksi gerakan separatis dengan memaksa meminta kedudukan dan teritori yang lebih luas di areal gusi yang sudah jelas-jelas penuh sesak oleh geraham lain yang sudah duluan bercokol disana, akhirnya saya menyerah untuk pergi ke dokter gigi, yang biasanya hanya saya kunjungi secara tidak teratur dan tidak terjadwal untuk pembersihan karang gigi.
Kriteria pemilihan dokter gigi saya sangat tidak jelas -yang penting cakep, dan dekat rumah atau kantor-, ada sih yang rada cakep (tapi dikit euy kadar cakepnya) namun seringkali ngajak ngobrol melulu, yang mana sangat memusingkan saya, karena saya pikir dia kurang memahami kondisi kejiwaan dan mental pasien, karena disaat muka kita menyon-menyon diacak-acak, sangatlah malas bagi saya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Lagipula bagaimana mau menjawab, kan mulut dipenuhi tang, obeng, dan alat-alat pertukangan gigi lainnya. Nah, akhirnya saya pindah dari dokter gigi -yang walaupun rada cakep tapi kurang pemahaman tersebut- ke dokter gigi lain yang tidak cakep, sudah tua, namun gelarnya lumayan panjang.
Dokter gigi yang terakhir, di ruang tunggunya terdapat banyak majalah bekas. Sedikit nilai positif di atas dokter gigi yang pertama. Majalah disini paling tidak ada Intisari, Majalah wanita, dan majalah-majalah umum lainnya. Kalau di Dokter gigi yang rada dan sedikit cakep pertama itu, cuma menyediakan majalah-majalah misionaris saja. Yang memang tetap saja saya baca, seingat saya saya pernah baca sampai sekitar 10 edisi karena tidak ada pilihan lain.
Di dokter gigi yang tua dan tidak cakep saya menemukan artikel lama tentang presiden Amerika. Karena saya geli pas membacanya, saya meminta majalah tersebut kepada sang dokter. Dan tidak diberi. Ya sudah, akhirnya saya bilang saya pinjam deh, dengan janji minggu depan saya kembalikan, pas perawatan gigi bungsu saya berikutnya.
Saya ketik ulang sebagian isi artikel yang berjudul Presiden AS itu Nobody disini. O ya Intisari tersebut edisi bulan November 96, dan saya minta maaf kepada penulisnya saya lupa tidak mencatat namanya, jadi tidak bisa saya cantumkan disini.
Penentuan presidan AS -kepala negara, kepala pemerintahan dan panglima tertinggi angkatan bersenjata- memakan waktu setahun penuh. Bagi warga AS mencari presiden adalah memilih warga negara nomor satu sehingga prosesnya lama, rumit , dan penuh intrik. Saking peliknya sampai-sampai beredar joke.
Tersebutlah 4 orang bernama: everybody, somebody, anybody dan nobody. Menjadi presiden adalah pekerjaan yang sangat penting dan everybody yakin somebody akan melakukan hal itu. Sebenarnya anybody mampu memegang jabatan itu, tapi nobody – lah yang mendapatkan. Somebody marah, sebab itu adalah pekerjaan everybody. Sementara everybody berpikir, anybody mampu mengerjakan hal itu, tapi nobody yang mewujudkannya.
Pada akhirnya beberapa pertanyaan diajukan. Dari semua kandidat, siapakah yang paling sempurna? Nobody! Siapa yang mampu menurunkan pajak dan harga bahan bakar? Nobody! Siapa yang piawai membawa perdamaian bagi kita? Nobody! Siapa yang sanggup menyeimbangkan anggaran belanja negara? Nobody! Siapa yang akan hidup langgeng dan bekerja sepanjang waktu? Nobody! Siapa yang akan menyensor pornografi dari internet? Nobody! Siapa yag akan mencintaimu dan akan memberi semangat waktu kamu sedang jatuh? Nobody! Pertanyaan krusial dan bersifat pribadi pun semakin banyak dilontarkan. Hanya nobody-lah yang mampu semua pertanyaan dengan jitu.
Ayem sori, ayem nobadi.
bwihihihi…lucu…
wa ka ka… bener… bener… d’accord-lah!!!
nobody is perfect..
bwahahahaha everybody, somebody, anybody dan NOBODY™
Bingung aku maksude 😀
saya juga bingung kok Mas
bingung?… nyeupeungan bilih geubis 😉
nobody? ga punya body gitu? hiiii….
mas bingung mas aq jg bingung….^^