Saya tidak tahu yang mana yang paling saya tidak suka. Lari berkilo-kilo meter, jalan jongkok, atau merayap. Tapi setelah hari kedua ternyata sudah tidak terasa berat untuk dilakukan, malah saya menikmatinya. Enak juga lari-lari jam 4 subuh, dilanjutkan dengan senam. Badan jadi segar dan bersemangat.
Hari pertama di Pusdikpassus, begitu sampai di tempat latihan, kami harus membaca keras-keras tulisan di gerbang masuk “ANDA RAGU LEBIH BAIK KEMBALI”. Dilanjutkan lari sekitar kurang lebih 5 km ditengah hujan deras, yang saking derasnya kalau mau minum, tinggal buka mulut saja lebar-lebar. Saya sampai berharap di wajah saya ada wipernya. Tapi enak juga sih, sudah bertahun-tahun tidak pernah hujan-hujanan model begini. Rasanya segar. Sayang tidak bisa sambil keramas.
O ya setiap hari kami bangun jam 4 pagi untuk lari dan senam pagi yang kemudian dilanjutkan persiapan dan makan setiap jam 6 pagi. Selanjutnya pada hari pertama di pelatihan kami banyak mendapat teori tentang SAR dan penanggulangan bencana. Karena tadi malam nyaris tidak tidur, maka siang itu mengantuknya bukan main. Ternyata di kelas terkantuk-kantuk lebih menyebalkan dibanding lari. Saya berpikir-pikir lebih baik disuruh lari lagi daripada tersiksa mengantuk di kelas.
Di hari kedua pagi hari kami belajar PBB, Peraturan Baris Berbaris. Lalu praktek Longmalap (pertolongan pertama lapangan) dan Longdarlap (pertolongan darurat lapangan), berlatih melakukan CPR dll. Saya berhasil bertahan tidak mengantuk karena dokter militer yang mengajar dengan jelas, dan juga banyak menyelipkan humor lucu dalam penyampaian. Malam harinya seperti yang sudah diduga di acara model begini, lewat tengah malam dibangunkan tiba-tiba untuk bersiap di lapangan. Saya sendiri tidak tahan untuk tidak tertawa melihat beberapa peserta yang berpakaian kacau balau, ada yang hanya bersarung, dan bahkan saking paniknya ada yang membawa gayung. Pak Suwito, guru militer kita galaknya bukan main walau terlihat bahwa hatinya memang seputih salju (seperti beliau katakan). Di Pusdikpassus beliau adalah pelatih untuk spesialis para atau terjun payung. Makiannya yang terkenal adalah “Telo” dan “Kodok “. Tidak ada yang sakit hati dengan makian ini, karena entah kenapa walau pura-pura galak, Pak Wito itu sebenarnya lucu sekali. Komentarnya yang pedas walaupun nadanya galak, sebenarnya membikin geli dan karena sering menahan tawa rasanya memang benar ada kodok yang melompat-lompat di perut.
Hari ketiga di tempat latihan sangat seru dan menarik. Dari pagi sampai sore, kami mengikuti latihan meluncur, rapeling di dinding latih, rapeling dari tower yang bertengger sebuah heli bekas yang katanya dulu nyungseb di sawah, berlatih memasang dan berperahu karet, dan latihan dasar menyelam. Hidung saya sampai gosong. Vitamin C Clinique yang baru setengah jalan saya pakai rasanya jadi sia-sia saja *garuk-garuk kepala*. Malam hari kami menonton film tentang perekrutan dan pendidikan di Pusdikpassus dan dilanjut dengan satu film dokumenter tentang pendakian Everest Kopassus beserta tim Pencinta Alam dari Wanadri dan Mapala UI pada tahun 1997. Film-film ini sangat mengesankan.
Hari Rabu latihan berlanjut di Mock Tower untuk berlatih dasar-dasar terjun payung. Terutama untuk merasakan hentakan payung saat terbuka. Suasana di lapangan para enak sekali. Rumputnya luas dan hijau, bertitik-titik embun. Matahari bersinar hangat setelah semalam hujan mengguyur. Siangnya kami belajar mengenai kompas dan peta. Lepas dzuhur, kami pergi dengan truk tentara ke Situ Lembang.
Beberapa kilometer dari situ Lembang kami diturunkan dan harus lari melalui jalan-jalan yang berbatu-batu dan menanjak. Oh ya kalau para pria sih wajib dorong truk dulu rame-rame, kalau saya dan 5 peserta perempuan lain sih cukuplah dengan memberi dukungan moril dengan berteriak memberi semangat. Sesampainya di situ lembang, horeee…kami direndam ramai-ramai di sungai yang mengalir dari situ Lembang. Air dinginnya bukan main. Apalagi kepala pun harus ikut dicelup. Materi selanjutnya apa ya? oh ya belajar mendirikan tenda regu. Juga dilombakan dengan kelompok lain. Seperti halnya kemarin waktu berlomba dayung dengan LCR, kelompok kami selalu nyaris menang.
Selanjutnya kami belajar tentang observasi, dengan masuk-masuk hutan di sekitar Situ Lembang tersebut, dilanjutkan dengan lempar pisau Komando. Nah ini yang seru. Walaupun saya mendapat insiden jempol saya gemeretak karena terduduki oleh teman sekelompok saya yang berbadan sintal, saya cukup mampu melempar pisau dan kapak dengan baik lumayan. Artinya ada yang menancap di papan lah. Jleb. Jleb. Malam hari kedua di Situ Lembang dilanjut dengan acara Caraka Malam. Berbeda dengan acara Caraka Malam jaman Pramuka dulu, yang ini sih banyak melalui rintangan, mana gelap lagi. Di titian tali dua, talinya sempat dilepas pula, sehingga kami mendarat dengan kaget di -untungnya- pada jala yang sudah disiapkan rupanya. Jalan sangat curam dan gelap. Masuk sungai pula (again), dingin deh. Dan untuk sampai pada pos yang ditentukan harus mendaki sama curamnya dengan jalan yang tadi dilalui untuk menjebur ke sungai.
Hari terakhir di Situ Lembang, kami melakukan HTF, duh singkatan dari apa ya? Lupa maning. Meliputi meluncur, naik tali jala-jala, titian tali dua, jembatan tali satu (tapi dua tali kalo buat cewek, soalnya takut terjadi insiden jepit yang tidak diinginkan). Dilanjutkan dengan materi Survival, pengenalan tanaman hutan, yang dapat dimakan, dijadikan obat, dan yang beracun. Sebagai orang Sunda, saya bahagia sekali bertemu tanaman-tanaman lalapan ini. Tespong, Pohpohan, Honje..yah itu mah makanan saya sehari-hari atuh. Bab tentang makan ular tidak akan saya bahas untuk menghindari timpukan dari Lola.
Kami pulang di hari Sabtu dipercepat dari waktu seharusnya karena setibanya di Pusdikpassus Batujajar kami mendengar bahwa Jakarta sedang mengalami musibah banjir. Teman-teman yang pergi ke Jakarta langsung bergabung dengan tim SAR dan Posko Telkomsel yang telah dibentuk di Jakarta.
Ternyata saya bercerita datar sekali ya? hihihihi… soalnya waktu tulisan ini dibuat badan saya masih memar-memar dan saya masih ingin membayar hutang tidur yang berkurang jatahnya seminggu kemarin.
Hihihihi….. seru euy
Eh, mao dong dilatih ilmu SAR.
Ini bagus untuk menambah pengalaman dan wawasan serta sekalian melatih kedisiplinan.
mau rapellinggggg, ikut ikut ikut!
training untuk pasang bts baru?
seru…seru…ah, Situ Lembang sekarang kaya apa ya…?
waa….nanti jadi macem lara crot dong! xixixi…
wah! mami latihan SAR buat dikirim nyari adam air ya mi?
hihihi… jadi tambah bahenol dong mi?
*ngadepong*
Mi Mi… ceritain tentang makan ular dong…. posting baru aja deh *pasang tameng untuk menghindari sambitan Lola*
wah kamu bisa nancep kapaknya? aku guagal smua.. hyahaha.. dan tradisi ke sungai trus dicelupin di sungai.. aah asiknyaa.. hehe.. jadi kangen.. 😀
IKOOOTTTTTTTTTTT™
*hiks, gemana caranya..*
Wah, sayangnya abe gag ekotan ini karena sibuk2 dengan pernikahan. Doh, tapi kalau daku ekot bakalan kurus, PASTI!
10 hari ikut pendidikan militer badan melar 7 kg, maklum makan tidur teratur n ga mikir yang aneh-aneh (dah cuci otak soale) **eh ya salam kenal ya**
Waktu saya di-OSPEK, seminggu di kota dan empat hari di gunung, berat badan saya naik 6kg.
Kalo turun berarti memang ada kelebihan berat dari berat badan proporsional/idealnya.
baret merah sayah kemana yah? doh lupa…..
Baret-baret merah? obatin pake betadine aja Kang Deny
sirius, saya punya kok, lengkap wing komando sama wing terjun
hmmpppp….
kunaon telkomsel dilatih kopassus sagala? hariwang 😀
Wah, kalau denger ceritanya jadi pingin ikutan…
Jadi ingat, niat ikut AKABRI & STPDN nggak ke sampe-an :-(.
Wah pengen dong ikutan.
Kalo ikutan ntar Andri kurus ah..
maOOO donk Gabung brsama Tim SAR&KOPASSUS…
AJAK…AJAkkk.
Hiii….ASyik N Seru Banget… mau donk……..
seruuuu……
pingin ikutan bgt!!
biar deket ama 4rmy2… hehe…
coz my idol are 4rmy.!!!
kalo bisa jodoh juga, hehehe….
salam kenal ya buat para 4rmy!!!
kirim2 email dunkz…
hhhheeeeeeeeeeeeelllloooooo….
gmana kabar para pelatih PUSDIKPASUS yang tangguh!!
dapat salam dari anak2 RESIMEN MAHASISWA SULUT..!
ok! smoga sukses!!
kapan ke batujajar lagi…kami tunggu..
pusdikpassus batujajar oks bgt.pelatihnya jga handal2.
kalo ndenger critanye kebetulan I juga pernah latihan kayak gitu,kalo gak salah namanye “latbintalsik” tapi dulu I yang ngelatih dari Yon 328 lintas udara,ya…mirip tentara gitu cuma aku gak dilatih nembak soalnya takut nanti burung yang ada di komplek situ pada habis ditembaki I,ada cerita yang paling berkesan saat I pulang pendidikan je..ileh kayak tentara aja,dengan potongan rambutku yang masih cepak dengan seragam hijau ,I beli indomie karena lapar eh..saat bayar si tukang indomie kasih uang jujulan sambil munduk2 dikiranye I tentara kali..ye tapi klo temen2ku malah ada yang naik angkot gak bayar soalnye si sopir gak mau di bayar,enak amat tuh…sekarang I jadi kangen pengin latihan sama tentara lagi apalagi klo yang ngelatih Kopassus pasti seru karena ini pasukan khusus pasti lebih bangga deh…udah gitu aja ah…udah malem mo tidur……..
temennya mbak jow ya?ceritanya sama,asyik juga di latih sm kopassus,jd pengen juga sekalian bisa ketemu temen yg tinggal disitu.
Owh, geto yah..
Pcr qu juga skrng lg di Pusdikpassus..
Aduh, kuangen bgt ma dy..
Hehehe..
Chuayanquw love you..
Ari, semangad yah thynk..
wah sayang kamu cuma seminggu,q baru 2 minggu lepas dri kandang singa pusdikpassus,klo q labih lama malah,3 minggu bayangin aj gmn sakitny 3 minggu di batujajar,lam kenal deh…..klo crita ga ad habisny deh hahahhaha
saya juga pernah merasakan 2 minggu menginap di PUSDIKPASUS
saya tidur di barak RYDER,…
Yang paling seru waktu di situ lembang(Hutan tempat pelatihan KOPASUS)
yang penting BATUJAJAR TAK AKAN KU LUPA..
wah pengalaman yang sama dikopassus
Cerita yang sangat mengesankan