Cuaca sedikit mendingin dan berangin. Mengingatkan pada saat saya tinggal dulu di wilayah pantai utara. Saat-saat seperti ini, terkadang saya merindukan masa kecil saya, dimana menjelang sore tercium bau padi dan jerami yang menghangat oleh sengatan matahari sepanjang siang yang terik, bau tanah disana, dan bau laut yang terbawa sampai jauh.
Daerah tempat saya tinggal adalah daerah yang kering, panas, dan mayoritas penduduknya hidup kekurangan dengan menjadi buruh tani. Banyak terjadi perampokan bahkan pembunuhan disana, dan menurut cerita, warung-warung pinggir jalan disana adalah warung remang dimana supir bus malam dan truk seringkali singgah.
Saya mencintai masa kecil saya disana. Kalau tidak salah, bulan-bulan seperti saat ini adalah waktunya nelayan di daerah Blanakan dan Tanjung Tiga dahulu merayakan pesta laut. Blanakan dan Tanjung Tiga adalah daerah pantai utara, antara Ciasem dan Pamanukan. Di Blanakan terdapat pasar ikan yang ramai dan juga peternakan buaya.
Sekali waktu saya pernah pergi (tepatnya tanpa ijin), beserta teman-teman dan juga sepupu saya untuk pergi ke Blanakan melihat pesta laut. Blanakan dari tempat saya tinggal cukup jauh. Cukup jauh dan jelek jalannya, juga lalu lintas jalur pantura sebelum berbelok ke Blanakan amatlah kejam, sehingga cukup berbahaya untuk saya, yang berumur 15 tahun dan tanpa SIM untuk pergi kesana mengendarai motor.
Pesta laut sangatlah ramai. Pesta rakyat yang banyak sekali dikunjungi penduduk sekitar wilayah disana. Mereka menyaksikan perahu yang dihias dengan berbagai kertas warna-warni, berisi sajen, makanan, dan kepala kerbau untuk dihanyutkan ke laut sebagai persembahan. Menjelang malam selain hiburan musik dan lain sebagainya, ada pesta tari-tarian yang sangat dinantikan, yaitu menari bersama Dombret.
Dombret ini gadis-gadis kecil yang masih bocah yang rupanya umurnya belasan tahun, belasan disini belasan dibawah limabelas kiranya. Saya tidak tahu apa bedanya Dombret dengan Ronggeng. Tapi mereka memiliki kemiripan menerima uang yang diselipkan ke dada mereka oleh para pria yang menari bersama mereka. Jangan coba macam-macam dengan Dombret ini selain mencuri-curi cium pipi dan colek-colek (kata cerita teman), karena ada para jeger dan jagoan yang berjaga di sekitar. Sayang dulu tidak terpikirkan oleh saya untuk membawa kamera dan memotret.
Oalah, dombret artinya itu to?
cerita yang menarik apa lagi kalau bisa ngobrol dengan dombretnya ya:D
mustinya ada photonya supaya pembaca bisa lebih ngerti hihihi…
kunaon teu nyakeutan ka abdi atuh teh?… *mantan jeger*
jadi boleh colek dombret?
oooo…..goyang dombreettt….goyang dombret, ser…ser…
*itu to maksudnya*
di jogja gak ada dombret n ronggeng..adanya Angguk namanya!!
Duh, Tante Mira.. Bukankah “Tiada skrinsut adalah Bambang?”
*kaburrr..*
dombret kalau gak salah budaya di pantai utara jawa barat, sementara ronggeng lebih ke budaya jawa..jadi ingat bukunya Achmad Tohari ” Ronggeng Dukuh Paruk “..sangat berkesan
daerah asal saya juga seperti itu….
ya…..
mudah-mudahan semakin berkurang….
kasihan anak cucu kita…
bener nih masih ada dombret ?????
dombret itu untuk daerah indramayu, kalau di karawang sebutannya jombret, sami mawon atuh., semua berada di pantura. Dulu ada studi yang mengkomparasi pantura dengan jawa timur. Jawa timur, penduduk pesisirnya tergolong taat beragama, sehingga tak ada sentuhan laki perempuan dalam berkesenian, misalnya ludruk.
ini adalah cerita yg sangat bgus .pesta blanakan 2012 jatuh pada tanggal 25 september 2012 ayo cah pada ndeleng pesta blanakan .