Dan kucing Angora tetangga di komplek rumah orang tuaku menghamili kucing liar yang sering berada di rumah Ibu Bapakku. Tempat kejadian perkara: di halaman depan di bawah pohon belimbing dan sekitarnya. Durasi: tak terhitung. Suara-suara: berisik bukan main. Hasil: Empat ekor kucing blasteran Angora + Kampring yang lucunya setengah mati.
Satu kubawa pulang. Belum kuberi nama, selain panggilan Mpus.. Mpus…. Meng.. Meng..Meng.., dan Pussy Puci Cat… dan aneka rupa panggilan dan gumaman saaat aku menengok ke kolong sofa untuk mencarinya. Sang Bangsawan Angora menurunkan mata biru yang cantik, raut wajah menawan, hidung warna merah muda yang basah, dan gumpalan bulu yang seperti bola.
Saat ini tangan dan kakiku dia anggap sebagai target yang menarik untuk berlatih mencakar dan berkelahi. Bahkan rambutku dia acak-acak sewaktu aku tidur siang di hari Minggu yang panas kemarin. Sekarang tangan dan kakiku carut marut oleh gigitan dan cakarannya. Rabies? Karena sudah banyak temanku yang bilang aku gila, mungkin sedikit dosis gila tak akan banyak pengaruh padaku.
angora punya bapaknya temen ku gak ad cakarnya tuh..(cakarnya gak mau dikeluarin)
jinak bgt
theme baru? apa gw baru liat?
keren………
bola bulu?
hmm ….
*untung nggak jadi bola*
sebenarnya aku pecinta berat kucing. Selain drop dead lucu juga berguna untuk menumpas gerombolan tikus di rumahku. Sayangnya kakak ipar baruku takut sama kucing. Batal deh punya kucing lagi…
namain TOM aja Mih, biar mirip tom & jerry 😀
skrinsut skrinsut skrinsut skrinsut empusnyaaaaaa…. manaaaaa…..
tangpa skrinsyot adalah tindak pidana
aaah repot aplot ke wordpress.Pan ada tuh di Flickr..
halah, Mir..
yg ada di flickr malah kamu di pantai lagi pamer ketek…
*habis lirik flickr di sebelah kanan…*
halah lupa setting buat private di Flickr euy…jrit era
[…] Uncategorized ….adalah julukan yang diberikan Dimas dan Drea kepada saya, setelah menggilas kucing peliharaan rumah hari Minggu kemarin. Tentu saja saya tidak sengaja. Bukan kebiasaan kucing itu […]