Hampir sesorean Sabtu kemarin dan semalaman Sabtu dan berlanjut sepagian hari Minggu saya berkutat dengan mainan rangkaian kubus – kubus kecil terjalin yang (seharusnya) dapat disusun menjadi kubus yang lebih besar terdiri dari kubus-kubus tersebut. Sampai lewat jam duabelas di siang hari Minggu saya tidak mandi, lupa makan, dan nyaris melupakan minum kopi.
Mainan ini punya adik perempuan saya => namanya Meta panggilan Eneng. Dia sedikit tulalit, senang baca, dan dulu jarang keluar dari kamar, kadang-kadang saya nyaris seminggu sekali ketemu dia walaupun satu rumah. Dia memang sejak kecil senang berkutat dengan mainan model begini. Paku-paku yang terjalin aneh, menyusun kubus yang bergambar/berwarna sama di tiap sisinya, puzzle, bola berduri yang sepertinya mustahil dikeluarkan dari kandang berjeruji mini dan lain-lain dan entahlah segala macam permainan asah otak yang sepertinya buat saya bukan mengasah otak tapi bikin gila.
Duh. Cape deh. Mau meluruskan punggung dulu. Oke. Saya memang (agak/sedikit/kadang-kadang) bodoh Neng! Mainanmu saya lempar nih.
Mira Marsellia
The Sundanese Tragedy 
pinjem donk maenannya
hihi
udah ga pernah ngasah otak lagi
saya jika melihat mainan tersebut, langsung lempar, malsa untuk mencoba. eneng hebat deh!
ah teringat dulu: puzzle ratusan keping yang rampung dalam beberapa hari… sekarang mah gak telaten 🙂
liat mainan kayak gitu dah pusing duluan mih.
tapi kalo maen puzzel di handphone sih sering..hihihi
sekrinsyut maenannya manah???
YOIH, mana skrinsotnyahh ?
*berdiri disamping Bunda*