The Sundanese Tragedy

Selama enam bulan terakhir ini, karena satu dan lain hal, saya kehilangan kepemilikan atas mobil tua saya yang biasa saya kendarai ke kantor. Untuk itu saya naik motor, merk yang sama dengan milik Joan dan Macnoto. Pinginnya sih CBR 150 tapi engga boleh euy sama Emak saya.  Walaupun tentu saja saya tetap optimis untuk memiliki mobil lagi. Buktinya saya baru saja mengisi kupon Yogya Dept Store dengan harapan mendapat Grand Prize APV. Dan tentu saja berdoa; dengan cita-cita semoga dewa-dewa komisaris atau siapapun di atas sana yang membuat keputusan untuk berbaik hati menurunkan bonus akhir tahun secukupnya untuk mobil baru. Tentu saja, harapan yang sangat sangat ehm apa ya? Ngelunjak?

Kalau soal naik motor sih rasanya tentu saja beda dengan naik mobil, sepeda, berjalan kaki ataupun lari-lari. Misalnya begini:

1. Sering banget lupa naikin standar motor pinggir. Atau matiin lampu.
2. Kalau naik motor di lampu merah saya tidak bisa pake lipstick dan bedakan. Juga tidak bisa mencuri-curi baca sms, karena takut hapenya dijambret.
3. Pengendara motor (yang lain) punya kebiasaan aneh. Kalau lampu nyaris merah, langsung pada ngebut menerobos. Jadinya saya yang seperti bodoh sendiri, karena dengan manisnya berhenti dengan tertib. Oh ya ada pengalaman aneh kalau di rel kereta api Jalan Garuda. Pengendara motor dari arah sini dan sebaliknya saling menerobos di jalur yang bukan haknya. Sampai pada akhirnya waktu palang kereta pembatas dibuka, metetet dari sana sini engga bisa maju. Udah gitu, lagi pada sibuk nerobos, eh eh palang kembali menutup karena ada kereta berikutnya yang bakal lewat. Nah lho..pada panik tuh semua menyelamatkan diri. Halah. Saya sih kalau soal menerobos rel kereta api dan mendapat resiko jadi kornet sih, terus terang bukan akhir hidup yang saya harapkan.
4. Takut banget sama pengamen. Soalnya tidak ada kaca jendela yang memisahkan di antara kita.
5. Sering sakit kepala karena rambut masih basah pake helm. Belum mendapat kemungkinan terkena penyakit ketombe akut. Hiy. O ya mesti sedia ekstra parfum lebih banyak buat bersaing dengan asap knalpot dan bau pasar Andir yang dilewati tiap hari. Pasar di Andir ini kapan sih bisa ditertibkan ya???? Masa daerah kota lama yang dulu bagusnya minta ampun, dibiarkan jadi kumuh dan bau begini terus?.
6. Belum pernah namanya jatuh dari mobil, eh kalau jatuh dari angkot terus kejebur di selokan yang sedang banjir mah pernah. Tapi kalau naik motor, jarak antara saya dan aspal rasanya menjadi dekat. Saya pernah jatuh dari motor juga (tos ama Deden dan Tub). Tuh di jalan Naripan, gara-gara motor di depan tiba-tiba belok kanan tanpa memberi tanda. Selain kepala sakit beradu dengan aspal (walaupun pake helm tetap aja sakit ngadu kepala sama aspal sih, mungkin karena helm saya butut), lutut saya pun menjadi carut marut.

Eh soal ngisi kupon ini bukan main-main lho. Saya cukup optimis. Karena teman saya si pencinta Ada Band (dan sebentar lagi akan dapat anugerah sebagai penyetel MP3 Ada Band yang tersering) baru saja mendapatkan Nokia anyar dari kupon undian Yogya.