Tadi malam sambil menunggu siaran sepakbola yang gagal total karena ketiduran, saya mengacak-acak semua channel TV. Tumben, karena biasanya saya milih baca buku, arisan di Kampung Gajah, menggambar atau bengong. Sebenarnya sih karena siangnya saya dicela habis sama teman-teman sekantor karena pengetahuan saya yang rendah dan minim soal acara TV (misalnya sampai sekarang saya belum pernah nonton kuis Super Deal, tidak tahu yang mana Pretty Asmara, dan baru tahu barusan kalau vokalis Ungu itu namanya Pasya).
Heran, pada saat musim liburan sekolah begini, tayangan film semua umur (tadi malam misalnya ada film lucu si dokter sableng Dr. Doolittle) malah ditayangkan sekitar jam sepuluh malam, kalau tidak salah, dimana anak-anak yang manis sudah pada tidur. Sementara sinetron-sinetron yang rada absurd tentang jin yang aneh-aneh, hantu, pocong, atau pertengkaran yang heboh tampar-tamparan, maki-makian, injek-injekkan, nangis, usir-mengusir, – halah apa lagi ya? ditayangkan di jam-jam malam hari dimana anak-anak masih pada segar bugar dan jagjag waringkas.
Soal tayangan acara TV yang banyak mengundang protes ini mungkin bukan cerita baru. Dan saya bukan orang pertama yang pingin ngumpat. Mungkin bagus tidak bagus juga beda-beda tergantung persepsi orang-orang. Tapi ya itulah media TV sebagai sarana edukasi rasanya sekarang makin minim acara yang tergolong mendidik. Mungkin terlalu takut dengan selera pasar. Tapi kalau soal selera, misalnya ini mah ya, saya juga kan dulu kadang-kadang kumat malasnya dan sangat tidak berselera untuk sekolah, kuliah, les dan sebagainya, pokoknya yang berbau pendidikan gitu dah. Tapi kan kalau udah dipaksa, dijalani, dicekoki, dicerna, dan akhirnya dinikmati ya kan hasilnya ada juga yang nempel. Toh itu sesuatu hal yang baik dan berguna.
Jadi apa salahnya menayangkan sesuatu yang baik, mendidik, dan berbudaya, suka engga suka mungkin kita terpaksa nonton daripada bengong, dan paling tidak buat anak-anak ada sesuatu bekal yang berguna, dibanding menempelnya kata-kata seperti “Mati Kamu!!”, “Kubunuh Kau” dan makian-makian lainnya yang tidak tega saya tayangkan disini.
Mideh pertamaa….
sinetron indonesia emanga ga bermutu! ga rame dan ga mendidik sama sekali! coba tengok jepang, memang episodenya ga panjang2 amat, paling panjang 12 episode tapi bagus banget dan berkesan, kayak Gokusen, DragonZakura dll
dilema buat ph. di satu sisi, pasar banyak yang ‘membutuhkan’ tayangan sinetron yang kita nilai gak bermutu. tapi di sisi lain, para kreatif di ph pasti ingin membuat sesuatu yang idealis atau berbeda dari umumnya. mau pakai sisi kedua? sepertinya tidak. ac nielsen jelas-jelas akan mengeluarkan data penurunan statistik produk mereka.
yang satu ini malah lebih parah. mengharapkan tingkat pendidikan masyarakat indonesia meningkat untuk bisa memilah mana tayangan yang bermutu atau tidak? ah, nonsense.
rumah masa depan & seruling bambu sinetron paling top di Endonesa
hehe.. ga papalagi ga nonton tivi.. hari gini masih nonton tivi? Mending juga nginternet
mamiiiiiiii….
hihihi. kalo aku jarang banget nonton tv. sambungan telepon, eh.. em televisi gak bagus sih. paling banter cuman bisa ngeliat semut bertengkar di layar televisi.
hihihi.
coba deh tuh orang ditanya masalah internet pasti minim hihihihihi…
wah tentang kamu panjang banget
abisnya, niat awal mereka buat film ato sinetron hanya untuk meteri dan popularitas semata, makanya mutunya yach gitu gitu aja.
di internet ada tv, di tv gak ada internet 😀 silahkan saja mau pilih yang mana 😉
Akar permasalahannya mungkin bisa dilihat dari besarnya tuntutan prosentase muatan / tayangan lokal yang harus dicapai masing-masing stasiun TV dari keseluruhan programnya. Dan dari situ bermunculan PH – PH yang karena sempitnya waktu dan besarnya volume permintaan, menomorduakan kualitas. Yang penting target tercapai.
Tapi kalo ternyata itung-itungan duitnya lebih untung beli sinetron kacangan daripada bikin tayangan lain yang bermutu, ya bakal berat juga mengenyahkannya dari layar kaca.
*duittalks*
sinetron?
sila membaca artikel sayah ini…
http://mfahmia2705.blogspot.com/2005/07/kiat2-menonton-sinetron-indonesia.html
btw, naha blog saya belum masuk blogroll Mira ya?? hmmm…
ehm..ehm…
*berdehem…tanda ada gangguan tenggorokan…*
# 12 Udah Mi, udah di-add…*halah* maaf bisa ketinggalan xixixixi
thx buat weblognya yang bagus n enak dibaca
sering-sering nulis lagi yah
salam kenal dari Jogja
Yang salah adalah pemerintah tidak membuat aturan-aturan yang jelas mengenai penayangan program TV.Sehingga para programer d setiap stasiun TV tidak memikirkan dampak-dampak yang terjadi akibat penayangan film seperti tuyul,pocong,setan-setan ntah apa, pertengkaran keluarga, tampar menampar dll.Semua sangat tidak mendidik, kasihan anak bangsa kita terkena dampak tersebut.
Mustinya kalo memang pemerintah mendukung pendidikan bo ya acara atau program Tv nya dipilih dooong sesuaikan dengan nilai-nilai moral yang mendidik anak bangsa kita.
Kalo tidak seperti itu bangsa kita kan semakin terpuruk dan dibuat bodoh.
Solusi pendek adalah kita segera memberikan pengetahuan atau klarifikasi buat anak2 kecil bila mereka menyaksikan acara2 atau tayangan-tayangan yang kurang bagus dinikmati mereka.Selain mungkin lebih baik sekalian tidak usah liat acara TV sekalian.Lagian ga ada yg bagus gosip semua terutama artis yang memberikan contoh yang kurang baik.atau cerita jurig ah males deh.Lebih baik sebelum stel TV liat dulu acaranya dikoran.Atau mungkin liat acara berita aja di metro TV.atau ya untuk menambah wawasna baca buku lah itu betterlah.Ok good luck.
No 15. Eduun Ana mani keuren..hihihiihi
Ya mau ngomong apa lagi, memang sudah begitu kenyataan bangsa ini… Menunggu pemerintah atau siapapun pihak yang terkait untuk berubah, wah entah berubah entah tidak.. Keburu anak2 kita yang “berubah.” Mending sekarang, kitanya saja yang pintar-pintar mengarahkan anak-anak untuk stay tune di channel yang oke… Belakangan nih Ada channel lokal buat anak yang namanya Space Toon, kalo gak salah, tayang dari pagi, jam 9 malem pun masih tayang koq… Gak perlu TV Cable (cartoon network juga tetep aja ada film dengan cerita2 orang dewasa, cuma visualisasinya saja dengan kartun…) Biar gambarnya masih burek (belum launching kali), tapi banyak membantu deh, suwer… Sok tah Mi, searching channel TV,lumayan kok buat anak2 biar gak nonton acara gak mutu…
Sinetron Indonesia memang kurang bermutu tetapi sayang tdk bisa dipungkiri banyak juga yang nonton, itu karena orang suka kepura2an, dan hidupnya juga di dalam kepura2an oleh karena itu banyak yang suka nonton….